>
Artikel Lainnya
Showing posts with label Jagalah Dirimu. Show all posts
Showing posts with label Jagalah Dirimu. Show all posts

TUNTUNAN Berhari Raya


APA sebenarnya yang selalu diucapkan Rasulullah semasa hidupnya ketika hari raya Idul Fitri?  Nabi Muhammad SAW ternyata telah memberikan tuntunan agar ketika tiba di bulan Ramadhan kita mengucapkan “taqabbalallahu minna waminkum“, yang artinya “semoga Allah menerima amalan aku dan kamu“.
Kemudian menurut riwayat ucapan ini diberikan tambahkan oleh para sahabat dengan kata-kata “shiyamana wa shiyamakum“, yang artinya “puasaku dan puasamu”. Dengan demikian secara lengkap kalimat tersebut menjadi “taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum” yang artinnya “semoga Allah menerima amalan saya dan kamu, amalan puasa saya dan kamu“.
Meski sudah ada tuntunan yang secara dari Nabi Muhammad SAW, belum serta merta tuntunan itu akan segera dipraktikkan oleh umat, karena kebiasaan lama masih demikian melekat. Sebagai bagian dari fase kebudayaan, maka adat kebiasaan yang telah melekat akan mengalami perubahan melalui proses internalisasi yang cukup lama, mulai dari pengenalan, pemahaman, pembiasaan, sampai dengan pengamalan.
Dengan demikian, jika kebiasaan itu memang dinilai tidak rasional lagi dan yang paling penting adalah karena kurang atau bahkan tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, maka tidak akan serta merta kebiasaan itu akan berganti. To make one understand is the most difficult. Mengapa? Karena membuat orang lain mengerti adalah pekerjaan yang paling sulit.
Secara bertahap dewasa ini sudah mulai banyak orang yang telah menggunakan ungkapan yang diberikan tuntunan oleh Rasulullah. Atau setidaknya telah mulai digunakan kedua-duanya. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa yang justru masih banyak lagi adalah justru yang belum mengenal tuntunan Nabinya sendiri.
Umat lebih suka menggunakan kebiasaan umum, yang sudah biasa digunakan, meski kebiasaan itu sama sekali tidak mempunyai landasan yang kuat untuk digunakan. Itulah kenyataannya.
Itulah kondisi faktual pemahaman dan pengamalan agama Islam umat ini. Padahal tidak ada agama yang lebih tinggi selain Islam. Tetapi, karena pengalaman agamanya lebih karena kebiasaan belaka, tanpa pemahaman yang kuat, maka keimanan umat masih sangat jauh dari kuat.
Kalaupun kuat, maka kekuatan keyakinan tersebut sebenarnya merupakan kekuatan sementara yang sifatnya emosional belaka, bukan keyakinan yang dilandasi oleh pemahaman yang mendalam, termasuk pemahaman kita tentang Bahasa Arab, yang memang belum menjadi bahasa kedua kita. 

APA YANG SALAH DALAM KITA SHOLAT ?

Benarkah Shalat Dapat Mencegah dari Perbuatan Keji dan Mungkar?
oleh : Muhammad Abduh Tuasikal,


Shalat adalah ibadah yang sudah diketahui diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Shalat adalah rukun Islam yang sangat ditekankan setelah 2 kalimat syahadat. Di antara manfaat shalat adalah dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Namun benarkah hal itu?

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Perbuatan fahsyah yang dimaksud pada ayat di atas adalah perbuatan jelek yang disukai oleh jiwa semacam zina, liwath (homoseks dengan memasukkan kemaluan di dubur) dan semacamnya. Sedangkan yang namanya munkar adalah perbuatan selain fahisyah yang diingkari oleh akal dan fitrah. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman karya Syaikh As Sa’di, hal. 632 dan Syarh Riyadhis Sholihin karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 5: 45).

Shalat Mencegah dari Perbuatan Mungkar dan Kesesatan
Ibnu Mas’ud pernah ditanya mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau,
إِنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَنْفَعُ إِلاَّ مَنْ أَطَاعَهَا
“Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” (HR. Ahmad dalam Az Zuhd, hal. 159 dengan sanad shahih dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 13: 298 dengan sanad hasan dari jalur Syaqiq dari Ibnu Mas’ud).

Al Hasan berkata,
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan)

Abul ‘Aliyah pernah berkata,
إِنَّ الصَّلاَةَ فِيْهَا ثَلاَثُ خِصَالٍ فَكُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَكُوْنُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الخَلاَل فَلَيْسَتْ بِصَلاَةٍ: الإِخْلاَصُ، وَالْخَشْيَةُ، وَذِكْرُ اللهِ. فَالإِخْلاَصُ يَأْمُرُهُ بِاْلمعْرُوْفِ، وَالخَشْيَةُ تَنْهَاهُ عَنِ المنْكَرِ، وَذِكْرُ القُرْآنِ يَأْمُرُهُ وَيَنْهَاهُ.
“Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui Al Qur’an yang memerintah dan melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65).

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafizhohullah berkata, “Siapa yang merutinkan shalat dan mengerjakannya di waktunya, maka ia akan selamat dari kesesatan.” (Bahjatun Nazhirin, 2: 232).
Jika ada yang sampai berbuat kemungkaran, maka shalat pun bisa mencegahnya dari perbuatan tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia katakan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Kapan Shalat Bisa Mencegah dari Perbuatan Keji dan Mungkar?
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Shalat bisa mencegah dari kemungkaran jika shalat tersebut dilakukan dalam bentuk sesempurna mungkin.

Ternyata kita dapati bahwa hati kita tidaklah berubah dan tidak benci pada perbuatan fahisyah atau mungkar setelah shalat kita laksanakan atau keadaan kita tidak berubah menjadi lebih baik, mengapa demikian? Itu bisa jadi karena shalat kita bukanlah shalat yang dimaksud yaitu yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ingatlah bahwa firman Allah itu benar dan janji-Nya itu pasti yaitu shalat itu memang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Sebenarnya, shalat itu demikian yaitu jika engkau bertekad untuk bermaksiat atau hatimu condong pada maksiat, lalu engkau lakukan shalat, maka terhapuslah semua keinginan jelek tersebut. Namun tentu saja hal itu dengan syarat, shalat itu adalah shalat yang sempurna. Wajib kita meminta pada Allah agar kita diberi pertolongan untuk mendapat bentuk shalat seperti itu. Marilah kita sempurnakan shalat tersebut sesuai dengan kemampuan kita dengan memenuhi rukun, syarat, wajib, dan hal-hal yang menyempurnakan shalat. Karena memang shalat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Sebagian ulama salaf sampai berkata, jikalau shalat yang kita lakukan tidak mencegah dari yang mungkar, maka sungguh itu berarti kita semakin jauh dari Allah. Nas-alullah al ‘afiyah, kita mohon pada Allah keselamatan. Karena bisa jadi shalat yang kita lakukan tidak sesuai yang dituntut. Lihatlah para ulama salaf dahulu, ketika mereka masuk dalam shalat mereka, mereka tidak merasakan lagi apa-apa, semua hal di pikiran disingkirkan kecuali hanya sibuk bermunajat dengan Allah Ta’ala.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 5: 45-46).
Terhanyut dalam Shalat yang Khusyu’

Coba perhatikan bagaimana shalat dari para ulama salaf yang sangat konsentrasi ketika shalatnya. Ada seorang fuqoha tabi’in yang bernama ‘Urwah bin Zubair. Beliau terkena penyakit akilah pada sebagian anggota tubuhnya di mana penyakit tersebut dapat menggerogoti seluruh tubuh. Akibatnya, dokter memvonis anggota tubuh yang terkena akilah tersebut untuk diamputasi sehingga anggota tubuh yang lain tidak terpengaruh. Bayangkan saat itu belum ada obat bius supaya bisa menghilangkan kesadaran ketika diamputasi. Lalu ia katakan pada dokter untuk menunda sampai ia melakukan shalat. Tatkala ia melakukan shalatnya barulah kakinya diamputasi. Dan ia tidak merasakan apa-apa kala itu karena hatinya sedang sibuk bermunajat pada Allah. Demikianlah, hati jika sudah tersibukkan dengan sesuatu, maka tidak akan merasakan sesuatu yang terkena pada badan.

Itu yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Syarh Riyadhis Sholihin (5: 46) ketika melanjutkan penjelasan sebelumnya. Lihatlah shalat para ulama begitu sempurna, segala macam kesibukan dibuang jauh-jauh, hingga kakinya diamputasi pun, mereka tidak merasakan apa-apa karena sedang terhanyut dalam shalat. Itulah shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Bagaimana Bentuk Shalat yang Sempurna?
Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin melanjutkan, “Ketika shalat, seharusnya seseorang mengkonsentrasikan diri untuk dekat pada Allah. Jangan sampai ia menoleh ke kanan dan ke kiri sebagaimana kebiasaan sebagian orang yang shalat. Jangan sampai terlintas di hati berbagai pikiran ketika sudah masuk dalam shalat.” (Idem)

Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Bentuk shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar ditandai dengan menyempurnakan shalat yaitu memenuhi rukun, syarat, dan berusaha khusyu’ dalam shalat. Hal ini ditandai dengan hati yang bersih, iman yang bertambah, semangat melakukan kebaikan dan mempersedikit atau bahkan menihilkan tindak kejahatan. Lantas hal-hal tersebut terus dijaga, maka itulah yang dinamakan shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar. Inilah di antara manfaat  terbesar dan buah dari shalat.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 632).

Kesimpulannya dari judul yang disampaikan di awal. Shalat memang bisa mencegah dari perbuatan dosa dan maksiat, serta bisa mengajak pada kebaikan. Namun dengan syarat shalat tersebut dilakukan dengan:
  1. Memenuhi rukun, syarat, wajib dan melakukan hal-hal sunnah yang menyempurnakan shalat.
  2. Membuang jauh-jauh hal-hal di luar shalat ketika sedang melaksanakan shalat.
  3. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri ketika sedang melaksanakan shalat.
  4. Menghadirkan hati saat shalat dengan merenungi setiap ayat dan bacaan yang diucap.
  5. Bersemangat dalam hati untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Jika ternyata tidak demikian shalat kita, maka patutlah kita mengoreksi diri. Dan tidak perlu jadikan shalat tersebut sebagai “kambing hitam”. Dari sahabat Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
“Barangsiapa yang mendapati kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapati selain dari itu, janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim no. 2577).



Semoga kita dianugerahi bentuk shalat yang benar-benar dapat mencegah kita dari dosa dan maksiat serta mudah membawa kita pada kebajikan.
Akhukum fillah,
Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)
Diselesaikan saat hujan mengguyur Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 17 Muharram 1435 H, 10: 28 PM.

RAMADHAN ANGGARAN BENGKAK, WHY AND HOW ?


Diakui maupun tidak, setiap bulan Ramadhan kita lebih banyak mengeluarkan biaya untuk berbagai keperluan primer bahkan tersier. Ditambah lagi dengan kegiatan ibadah seperti sedekah. Banyak orang yang tidak tanggung-tanggung memberi sedekah di bulan Ramadhan ini, hal tersebut memang masih ada dalam konten yang baik selama tidak merugikan diri sendiri dan keluarga atau orang lain pada umumnya.

YouG*v, sebuah situs online yang bergerak dibidang jejak pendapat melakukan survei mengenai kebiasaan masyarakat Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Tujuan survei ini adalah untuk mengetahui bagaimana prilaku masyarakat dalam hal mengeluarkan uang di bulan Ramadhan.

Survei membuktikan bahwa, mayoritas masyarakat mengeluarkan uang untuk membeli makanan berbuka puasa dan sahur. Sementara 47 persen lainnya mengeluarkan uang secara berlebihan untuk membeli pakaian.

Jumlah tagihan rumah tangga pun diketahui meningkat sebanyak 20 persen. Hal ini diakibatkan dari banyaknya penawaran yang dilakukan oleh para pembisnis selama Ramadhan. Kita bisa melihatnya sendiri di mall-mall terdekat, banyak sekali promo menggiurkan selama bulan ini.

Selain digunakan untuk hal yang bersifat konsumtif, sebagian orang mengeluarkan uang lebih banyak untuk kegiatan sosial. Misalnya, bersedekah pada yang kurang mampu dan memberikan makanan berbuka puasa bagi orang lain.

Preet Bhambri, pendiri situs pengatur keuangan MoneyC***l.com menilai banyak masyarakat yang sengaja mempersiapkan makanan lebih banyak untuk berbuka dan sedekah.Pada akhir Puasa, masyarakat juga akan menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli hadiah.

Untuk itu diperlukan beberapa tips agar pengeluaran tidak terlalu membengkak di bulan Ramadhan ini:

Sebisa mungkin tahan godaan jika melihat sale atau promo discount
Sudah dapat dipastikan bahwa setiap mall, toko dan produk akan memberikan promo spesial. Hal tersebut dilakukan agar konsumen tertarik dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Membelinya seali-sekali memang tidak akan menjadi masalah. Namun, jika terus tergoda dan akhirnya membeli barang-barang yang tidak berguna malah akan merugikan Anda. Allah berfirman:

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S Al-A’raaf:31)

Hindari terlalu sering berbuka puasa di restoran
Kebiasaan yang sering terjadi saat bulan Ramadhan adalah berbuka puasa bersama dengan teman-teman sekolah atau kuliah. Jika acaranya satu atau dua kali saja, mungkin tidak akan membahayakan isi kantong Anda. Namun jika acara berbuka puasa menjadi terlalu sering, apalagi di tempat-tempat mewah lebih baik untuk dihindari.

Tetapi kita juga harus ingat bahwa untuk membuat acara buka bersama juga kerap kali membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut untuk mengantisipasi supaya setelah acaranya selesai kita tidak menjadi puyeng gara-gara tak pandai mengatur pengeluaran.

Solusi lainnya adalah dengan membuat menu buka puasa bareng secara mandiri. Kumpulkan teman disalah satu tempat, kemudian secara ramai-ramai Anda membuat sajian buka puasa sendiri. Dijamin pasti lebih seru.

Dalam buku “ Menjadi Cantik, Gaya & Tetap Kaya” menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab membengkaknya pengeluaran keluarga adalah Kebiasaan untuk berbuka puasa di luar rumah setiap hari, contohnya makan di restoran.

Stop membuang makanan
Menahan lapar seharian, tidak berarti membuat Anda menjadi rakus dan membeli banyak makanan untuk berbuka puasa. Selain menguras isi kantong, tindakan tersebut juga sangat tidak disukai oleh Allah.

Faktanya, makanan yang dibeli tersebut akhirnya menjadi mubazir karena Anda sendiri tak mampu menghabiskannya. Alangkah lebih baik uang untuk membeli makanan tersebut dialokasikan untuk sesuatu yang bernilai ibadah.

Waktu Berharga Pengasuhan Anak


7 tahun pertama (0-7 tahun) :
Perlakukan anakmu sebagai raja.

Zona merah – zona larangan
jangan marah-marah, jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak.
Pahamilah bahwa posisi anak yang masih kecil, saat itu yang berkembang otak kanannya.

7 tahun kedua (7-14 tahun) :
Perlakukan anakmu sebagai pembantu atau tawanan perang.

Zona kuning – zona hati-hati dan waspada.
Latih anak-anak mandiri untuk mengurus dirinya sendiri, mencuci piring, pakaian, setrika, dll. Banyak pelajaran berharga dalam kemandirian yang bermanfaat bagi masa depannya.

7 tahun ketiga (14-21 tahun) :
Perlakukan anak seperti sahabat.

Zona hijau – sudah boleh jalan.
Anak sudah bisa dilepas untuk mandiri. Mereka sudah bisa dilepas sebagai duta keluarga.

7 tahun keempat (21-28 tahun) :
Perlakukan sebagai pemimpin.

Zona biru – siap terbang.
Siapkan anak untuk menikah.
Pada masa anak-anak yang berkembang otak kanannya. Otak kiri berkembang saat usianya menjelang 7 tahun.

Anak perempuan keseimbangan otak kanan dan kirinya lebih cepat. Sedangkan anak laki lebih lambat.👬Keseimbangan otak kanan dan kiri pada anak laki-laki baru tercapai sempurna di usia 18 tahun, sedangkan anak perempuan sudah cukup seimbang otak kanan dan kirinya di usia 7 tahun. Ampun dah lama bener ya?Ternyata ada rahasia Allah mengapa diatur seperti itu.

√ Laki-laki dipersiapkan untuk jadi pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan. Untuk itu, jiwa kreatifitas dan explorasinya harus berkembang pesat. Sehingga pengalaman itu membuatnya dapat mengambil keputusan dengan tenang dan tepat.

√ Sementara perempuan dipersiapkan untuk jadi pengatur dan manajer yang harus penuh keteraturan dan ketelitian.

**Untuk memberi intruksi pada anak, gunakan suara Ayah . Karena suaranya bas, empuk dan enak di dengar.

**Kalau suara Ibu memerintah, cenderung melengking seperti biola salah gesek. Itu bisa merusak sel syaraf otak anak. 250rb sel otak anak rusak ketika dimarahin

**Solusinya, Ibu bisa menggunakan bahasa tubuh atau isyarat jika ingin memberikan instruksi.
Suara perempuan itu enak didengar jika digunakan dengan nada sedang. Cocok untuk mendongeng atau bercerita.

++Cara berkomunikasi yang efektif dengan anak:

1. Merangkul pundak anak sambil ditepuk lembut.

2. Sambil mengelus tulang punggung anak hingga ke tulang ekor.

3. Sambil mengusap kepala.

Dengan sentuhan ada gelombang yang akan sampai ke otak anak sehingga sel-sel cintanya tumbuh subur. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Silahkan di share agar lebih banyak yang mengetahui.


Sumber: Ukhwah ODOJ.

Hati-hati ‘Pakaian Muslimah’ yang Memperlihatkan Bentuk Tubuhmu

baju-maksiat
Menjelang lebaran seperti ini pasti banyak sekali mode-mode pakaian yang malah mengatakan itu “pakaian muslimah”. Jika memang pakaian itu sesuai sunnah Nabi, tidak masalah, ini malah kebalikannya kan? Nama itu hanya sebagai cover untuk dagangan mereka. 

Akhir-akhir ini banyak sekali kita jumpai kaum Muslimah, baik remaja maupun dewasa mengenakan pakaian Muslimah dengan berbagai warna, corak dan model.
Jika kita cermati, tidak semua kaum Muslim memiliki pandangan yang jelas tentang pakaian Muslimah. Faktanya, banyak wanita yang mengenakan kerudung hanya menutupi rambut saja, sedangkan leher dan sebagian lengan masih tampak.
Ada juga yang berkerudung tetapi tetap memakai busana yang ketat, misalnya, sehingga lekuk tubuhnya tampak. Yang lebih menyedihkan adalah ada sebagian kalangan yang masih ragu terhadap pensyariatan Islam tentang pakaian Muslimah ini.
Di samping itu, masih banyak juga di yang memahami secara rancu kerudung dan jilbab. Tidak sedikit yang menganggap bahwa jilbab adalah kerudung dan sebaliknya. Padahal, jilbab dan kerudung adalah dua perkara yang berbeda.
Rasulullah bersabda,
“Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya.” (HR. Abu Daud)
Dalam era globalisasi yang seolah membuat dunia tanpa sekat ini, umat Islam perlu waspada akan maraknya fashion yang  jauh dari nilai-nilai Islam. Banyak umat Islam terutama wanita muslim yang terjebak dalam arus modernisasi. Berbagai fashion yang jauh dari unsur Islami banyak ditawarkan kepada umat Islam.
Mulai dari mode pakaian yang terbuka menampakkan auratnya, lalu mode busana yang sangat menerawang sampai kepada mode busana sempit yang menonjolkan sex appeal-nya. Hal ini perlu di waspadai oleh umat Islam karena pada dasarnya busana atau pakaian berfungsi sebagai penutup aurat dan tidak menjurus pada kesombongan atau pemborosan.
Rasulullah telah memperingatkan :
“Allah tidak akan melihat dengan rahmat pada hari kiamat kepada orang yang memakai kainnya (pakaian) karena sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)
Urgensi Menutup Aurat
Aurat merupakan bagian anggota badan yang wajib ditutup (haram jika diperlihatkan) kepada orang yang tidak berhak melihatnya. Allah SWT telah mewajibkan laki-laki maupun perempuan untuk menutup auratnya sesuai dengan ketentuan Islam. Allah SWT berfirman (yang artinya) :
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu…” (QS. Al-A’raf: 26)
Memakai pakaian dengan niat untuk menutupi aurat merupakan suatu bentuk ketaatan manusia kepada Allah SWT. Bilamana menutup aurat merupakan suatu ketaatan, maka memakai pakaian yang mendedahkan aurat merupakan suatu keingkaran. Tuntutan menutup aurat tidak boleh di pandang ringan. Ancaman dan balasan Allah SWT terhadapa mereka yang tidak melaksanakan tuntutan menutup aurat adalah sangat keras.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)
Batasan Aurat Perempuan
Batasan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangannya.
Dari Khalid bin Duraik: ‘’Aisyah RA, berkata: ‘’Suatu hari, asma binti abu bakar menemui Rasulullah SAW dengan menggunakan pakaian tipis, beliau berpaling darinya dan berkata: ‘’wahai asma’’ jika perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini, sambil menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangan.’’ (HR. Abu Daud).
Ketika seorang wanita muslim sudah mengetahui akan batasan-batasan auratnya, maka sudah selayaknya wanita muslim tersebut melaksankan perintah Allah SWT yaitu menutup auratnya sesuai dengan aturan Islam.
Allah SWT dalam Al Qur’an Surat an-Nur ayat 31 telah berfirman, yang artinya:
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:” Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung  ke dadanya…”
Dalam firman di atas, telah jelas bahwasannya Allah telah memerintahkan kaum wanita untuk mengenakan jilbab atau hijab. Jilbab atau hijab tersebut fungsinya sebagai penutup aurat.  Maka sudah selayaknya kaum wanita taat kepada perintah Allah SWT salah satunya dengan mengenakan hijab atau jilbab yang sesuai dengan aturan Islam. Adapaun seruan untuk mengenakan jilbab atau hijab terdapat pula dalam  firman Allah SWT surat Al Ahzab ayat 59 (yang artinya):
“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mu’min, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sesungguhnya firman di atas merupakan bukti bahwa dalam hukum Islam, perempuan sangatlah mendapatkan perhatian. Adanya perintah bagi perempuan untuk mengenakan jilbab bukanlah untuk mengekang kebebasan akan tetapi sebagai pelindung agar tidak tergelincir pada lumpur kemaksiatan.

Berjilbab atau Berhijab yang Baik dan Benar    
1. Niat berjilbab hanya kerena Allah SWT.
2. Jilbab atau hijab yang baik adalah yang dapat menutup aurat wanita secara sempurna. Adapun yang termasuk aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
3. Memakai jilbab atau hijab yang tidak transparan.
4. Memakai jilbab atau hijab yang longgar dan tidak menampakkan bentuk tubuh
5. Menghindari pemakaian model jilbab kepala yang menyerupai punuk unta
Sebarkanlah artikel ini ke semua temanmu jika kamu merasa bermanfaat. Wallahu A’lam. 

GODAAN 10 AKHIR RAMADHAN


Ramadhan merupakan bulan istimewa karena Allah SWT menjanjikan rahmad berlimpah dan pahala yang berlipat ganda. Terlebih jika sudah memasuki 10 malam terakhir, maka kualitas dan kuantitas ibadah seharusnya lebih ditingkatkan lagi. Pasalnya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan terdapat malam Lalatul Qadar yang memiliki keutamaan lebih dari seribu bulan.

Sayang, Umat Islam kerap lalai pada waktu-waktu tersebut. Dengan berbagai kesibukan jelang lebaran, aktivitas beribadah justru menurun. Sementara ladang pahala yang lewat di hadapan kita dibiarkan berlalu tanpa perhatian. Godaan-godaan itu bisa lebih sukses menghalangi atau menunda kita untuk ibadah. Berikut ini godaan fase 10 hari terakhir Ramadhan. 

1. Malas
Malas adalah sindrom yang bisa menyerang ketika Ramadhan sudah berjalan setengah jalan. Perasaan malas yang menyerang bisa menurunkan grafik kualitas dan kuantitas ibadah seseorang. Terlebih jika sudah memasuki setengah perjalanan bulan Ramadhan, maka  semakin lama semakin menumpuk dan  bisa mencapai titik terendah. 

2. Kumpul-kumpul Bersama Teman
Sepuluh hari terakhir dianggap sebagai hari-hari liburan. Biasanya pada hari-hari ini kita akan disibukkan dengan aktivitas berbuka puasa bersama, melepas rindu dengan teman-teman lama dan acara yang bisa berlanjut hingga malam hari. Dari satu sisi, hal tersebut bisa mempererat tali silaturahmi, namun disisi lain, hal ini lah  yang menyebabkan manusia lalai. Biasanya aktivitas ini rentan terhadap penundaan ibadah yang seharusnya dilakukan. Seperti shalat magrib, tarawih, atau kegiatan membaca Al-Quran. Biasanya jika sudah menunda sesuatu hal, maka ini akan berdampak pada perasaan malas berkepanjangan. 

3. Berbelanja
Hal ini pasti dirasakan semua orang. Menjelang idul fitri, tingkat kebutuhan akan semakin meningkat. Semua orang akan sibuk untuk membeli perlengkapan lebaran seperti baju baru dan kue lebaran dll. Alhasil mereka melupakan bahwa pada 10 malam terakhir tersebut bisa membawa umat terbebas dari panasnya api neraka karena ada malam Lailatul Qadar. 

4. Jalan-Jalan + Nongkrong
Fase 10 malam terakhir juga renta terhadap aktivitas jalan-jalan dan nongkrong dengan kawan lama. Biasanya hal ini dilakukan setelah buka puasa bersama, dilanjutkan dengan jalan-jalan dan nongkrong bersama teman-teman. Hal Ini membuat yang biasanya aktif teraweh di masjid mendadak cuti teraweh di masjid. Syukur-syukur setelah kumpul-kumpul teraweh tetap jalan, kalo gak ya berarti dapat sindrom malas sesuai point 1 tadi 

5. Mudik
Mudik adalah agenda wajib bagi perantau saat memasuki hari lebaran. Aktivitas ini dilakukan sebelum lebaran atau bertepatan dengan sepuluh malam-malam terakhir Ramadhan. Tujuannya jelas silaturahim dengan keluarga, hanya saja ada baiknya ibadah seperti i’tikaf, qiyamul lail, tilawah tidak ditinggalkan karena sibuk bersilaturahim. 

Pastinya kita sudah sering mengalami godaan ini bukan? Bulan Ramadhan yang seyogyanya menjadi waktu agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah harus terlewat begitu saja tanpa ibadah karena aktivitas tersebut. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan introspeksi dan terimakasih sudah membaca.

10 AKHLAK MUSLIMAH

Sepuluh Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim/Muslimah sumber: Kafemuslimah.com 

Akhlak : Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat, atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa. 

Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah : 

1.  Tidak menyakiti orang lain. “Orang Muslim adalah orang yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah atas dirinya” H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru. Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang menunaikan hak-hak kaum Muslimim lainnya dalam menjalankan hak-hak Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun fisik. Balas menyakiti orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal adalah bersabar dan mengharapkan pahala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab 58). Manifestasi perilaku tidak menyakiti orang lain adalh dengan : • Tidak menyakiti tetangga ; pesan berinteraksi secara baik dengan tetangga gencar disampaikan melalui peringatan bahwa tetangga adalah salah satu pintu masuk surga dan bahwasanay mereka kelak menjadi saksi kita di akhirat • Menjaga mulut Ldah kelak menjadi cambuk siksaan di hari kiamat. Menjaga lidah adalah jalan menuju keselamatan. Semakin banyak berbicara akan semakin banyak tersilap. Oleh karena itu, berpikirlah sebelum berbicara dan jangan berbohong, berkata kasar, ghibah, mengejek, dll. • Tidak menyakiti anak-anak Hindari mengejek dan meremehkan anak-anak, pilih kasih dalam memperlakukan mereka, atau mendoakan mereka celaka.


2.    Menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan. “Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” H.R.Muslim dari Abu Hurairah r.a. Mneyingkirkan benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka. 

3.      Malu. Malu adalah perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan dan kecaman. Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor kesungkanan. Kewajiban dalam rasa malu ada empat: • Berpakaian menutup aurat • Memandang menahan pandangan matanya • Berbicara tidak bergaya centil dan manja ketika berbicara. • Pergaulan tidak berdesakan dengan lelaki 

4.       Santun berbicara. “Sesungguhnya seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepatah kata itu enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a) Kesantunan berbicara dimanifestasikan dalam tiga hal : • Berbicara pelan jangan mengeraskan suara diatas volume yang dibutuhkan pendengar karena hal itu tidak sopan dan menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia belum terdidik sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya sendiri. • Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan tidak menjatuhkan harga dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum, berbicara sesuatu yang menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak lawan bicara dengan penuh perhatian. • Tidak memotong pembicaraan 

5.       Jangan berbohong. “Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a. ) Iman dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri, bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal. Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru, bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan suami/istri. 

6.       Tinggalkan perdebatan. “Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit) Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll. Arena yang paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap. 

7.       Jangan bakhil (pelit). Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang paling bakhil dapat dibagi tiga : • Orang yang bakhil dengan dunia di jala akhirat. • Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan. • Orang yang mendengar nama Nabi SAW disebut dihadapannya namun ia tidak bershalawat. Salah satu makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli waris. Berikut manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil : • Mengeluarkan zakat wajib. • Memberikan shadaqah. • Menyuguhi tamu. • Memberikan hadiah. Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami. 

8.       Tepiskanlah rasa dengki. Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134). Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan dalah Ihya Ulumuddin bahwa, “Marah bertempat di hati. Kemarahan yang hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati menuntut pembalasan yang merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak akan tenang kecuali dengan penuntasannya.” Dengki didefenisikan sebagai memendam permusuhan di dalam hati dan menunggu-nunggu kesempatan pemuasannya. Muncul ketika merasa muak dan jengkel terhadap seseorang. Dengki akan melahirkan 8 buah kezaliman terhadap orang lain : • Hasud • Mencaci maki saat terjadi bala cobaan • Mendiamkan • Melecehkan, berpaling, menjauh • Ghibah • Mengolok-olok • Menyakiti fisik • Menahan kucuran kemurahan (pemberian dan silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil. Jika orang budiman jegkel, maka mereka bertindak mulia. Jika orang naif jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus dilalui, yaitu : • Menahan amarah • Memaafkan kesalahn manusia • Berbuat baik kepada orang yang memusuhi.

9.    Dilarang iri/hasud. Hasud adalah reaksi jiwa dan oenyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan raibnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya : • Permusuhan, kebencian, kemarahan, kedengkian. • Takabur dan arogan • Kegearan pada dunia • Ambisi kekuasaan • Kebusukan jiwa dan kekerdilan dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang menghasilkan mudarat dunia dan keagamaan. Orang yang dihasudi justru berada diatas angin sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang menghasudinya, di dunia maupun di akhirat. Obat penyembuh hasud adalah ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak hasud pada orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah (tingkat keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa berjalan dengan sempurna. 

10.  Pantang terpedaya (Ghurur) Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu. Ghurur memiliki tiga sumber utama : • Tertipu oleh angan kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur atau malah kufur. • Tertipu oleh janji setan –> setan senantiasa memberi bisikan yang membesarkan dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil. • Tertipu oleh angan ampunan Allah –> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab –> bahwa dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o Ilusi orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa mengatakan hal yang sama yang pernah mereka katakan kepada kaum mukminin sewaktu di dunia, bahwa mereka bersama-sama kaum mukminin. Manifestasi ghurur cukup beragam, diantaranya : • Meremehkan amalan-amalan ringan • Mencemooh kaum papa dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka. Untuk mengatasinya, letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan amalan-amalan sepele dan ringan

---= Silahkan di Share dan Memberi Manfaat buat semua Sahabat Muslimah =---

Kisah Inspirasi: Izinkan Saya Berzina dengan Anak Bapak






Suatu hari sepasang muda-mudi akan pergi untukberjalan-jalan. Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.
Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah
Pemuda : Boleh kah?
Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.
Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan kedatangan si pemuda.
Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah Gadis : waalaikumussalam!
Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.

 Perilaku LGBT Akibat Nalar dan Jiwa yang Sakit


ADANYA suara-suara yang menghalalkan perkawinan sejenis (homoseksual dan lesbian) sebenarnya lebih bersumber dari jiwa yang sakit, emosi yang tidak stabil dan nalar yang sakit. Demikian dikatakan Pakar kedokteran jiwa dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater.

Dikatakan Dadang Hawari, dalam bukunya, Pendekatan Psikoreligi pada Homoseksual menyebutkan bahwa penyakit homo/lesbi ini bisa diobati. Kasus homoseksual tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses perkembangan psikoseksual seseorang, terutama faktor pendidikan keluarga di rumah dan pergaulan sosial.

“Homoseksual dapat dicegah dan diubah orientasi seksualnya, sehingga seorang yang semula homoseksual dapat hidup wajar lagi (heteroseksual).”
Prof Dadang Hawari mengimbau, bagi mereka yang merasa dirinya homoseksual atau lesbian dapat berkonsultasi kepada psikiater yang berorientasi religi, agar dapat dicarikan jalan keluarnya, sehingga dapat menjalani hidup ini dan menikah dengan wajar.

Sementara itu dikatakan Peneliti INSISTS, Henri Shalahuddin, LGBT (Lesbian, gay, biseksual, dan transgender) termasuk masalah yang jelas-jelas menyimpang, baik ditinjau dari akal sehat maupun ajaran agama. Bahkan QS. Al’Araf: 80-84 secara gamblang menjelaskan perbuatan laknat ini yang tidak mungkin ditafsirkan selain perilaku homoseksual.

Dalam tafsir Al Kasysyaf, Imam Zamankhsyari (wafat.1143 M) menjelaskan makna “al-Fahisyah” dalam QS. Al-A’raf : 80 tersebut sebagai tindak kejahatan yang melampaui batas akhir keburukan.
Sedangkan ayat ata’tuna I-fahisyata (mengapa kalian mengerjakan perbuatan faahisyah itu) adalah bentuk pertanyaan yang bersifat pengingkaran dan membawa konsekuensi yang sangat buruk. Sebab, perbuatan faahisyah itu tidak pernah dilakukan siapapun sebelum kaum Nabi Luth. Maka janganlah mengawali suatu perbuatan dosa yang belum dilakukan kaum manapun di dunia ini.

Rasulullah Shallallahu A’laihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa mendapati orang yang melakukan perbuatan seperti kaum Nabi Luth, maka bunuhlah kedua-duanya, baik subjek maupun objeknya,” (HR. Tirmidzi).

“Maka hukuman bagi perilaku seksual yang menyimpang dan menyalahi hukuman dan hikmah penciptaan, seperti homo dan lesbi dalam Islam adalah sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Itulah kejahilan yang hakiki, yaitu memandang baik sesuatu yang mestinya buruk dan memandang buruk hal yang semestinya baik,” ujar Henri. 

Kisah‬ seorang istri yang bisa membuat suaminya tergila-gila padanya




Seorang Ayah bercerita pd anak perempuannya, 

Suatu hari seorang wanita tua diwawancarai oleh seorang presenter dalam sebuah acara tentang rahasia kebahagiaannya yang tak pernah putus.
Apakah hal itu karena ia pintar memasak? Atau karena ia cantik? Atau karena ia bisa melahirkan banyak anak, ataukah karena apa?
Wanita itu menjawab :
“Sesungguhnya rahasia kabahagiaan suami istri ada di tangan sang istri, tentunya setelah mendapat taufik dari Allah. Seorang istri mampu menjadikan rumahnya laksana surga, juga mampu menjadikannya neraka.
Jangan Anda katakan karena harta!
Sebab betapa banyak istri kaya raya namun ia rusak karenanya, lalu sang suami meninggalkannya.
Jangan pula Anda katakan karena anak-anak!
Bukankah banyak istri yang mampu melahirkan banyak anak hingga sepuluh namun sang suami tak mencintainya, bahkan mungkin menceraikannya.
Dan betapa banyak istri yang pintar memasak.
Di antara mereka ada yang mampu memasak hingga seharian
tapi meskipun begitu ia sering mengeluhkan tentang perilaku buruk sang suami.”
Maka sang peresenter pun terheran, segera ia berucap:
“ Lantas apakah ‪#‎rahasia‬ nya?”
Wanita itu menjawab:
“ Saat suamiku marah dan meledak-ledak, segera aku diam dengan rasa hormat padanya. Aku tundukkan kepalaku dengan penuh rasa maaf.
Tapi janganlah Anda diam yang disertai pandangan mengejek, sebab seorang lelaki sangat cerdas untuk memahami itu.”
“ Kenapa Anda tidak keluar dari kamar saja?” tukas presenter.
Wanita itu segera menjawab:
“Jangan Anda lalukan itu! Sebab suamimu akan menyangka bahwa Anda lari dan tak sudi mendengarkannya. Anda harus diam dan menerima segala yang diucapkannya hingga ia tenang.
Setelah ia tenang, aku katakan padanya;
'Apakah sudah selesai?'
Selanjutnya aku keluar….
sebab ia pasti lelah dan butuh istirahat setelah melepas ledakan amarahnya.
Aku keluar dan melanjutkan kembali pekerjaan rumahku.”
“ Apa yang Anda lakukan? 
Apakah Anda menghindar darinya dan tidak berbicara dengannya selama sepekan atau lebih?” tanya presenter penasaran.
Wanita itu menasehati:
“ Anda jangan lakukan itu, sebab itu kebiasaan buruk. Itu senjata yang bisa menjadi bumerang buat Anda.
Saat Anda menghindar darinya sepekan sedang ia ingin meminta maaf kepada Anda, maka menghindar darinya akan membuatnya kembali marah.
Bahkan mungkin ia akan jauh lebih murka dari sebelumnya.”
“ Lalu apa yang Anda lakukan?” tanya sang presenter terus mengejar.
Wanita itu menjawab:
“ Selang dua jam atau lebih, aku bawakan untuknya segelas jus buah atau secangkir kopi, dan kukatakan padanya,
Silakan diminum.
Aku tahu ia pasti membutuhkan hal yang demikian, maka aku berkata-kata padanya seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.”
“ Apakah Anda marah padanya?” ucap presenter dengan muka takjub.
#‎Wanita‬ itu berkata:
“Tidak.
Dan saat itulah suamiku mulai meminta maaf padaku dan ia berkata dengan suara yang lembut.”
“Dan Anda mempercayainya?” ujar sang presenter.
Wanita itu menjawab:
“Ya. Pasti. Sebab aku percaya dengan diriku dan aku bukan orang bodoh.
Apakah Anda ingin aku mempercayainya saat ia marah lalu tidak mempercayainya saat ia tenang?”
“Lalu bagaimana dengan harga diri Anda?” potong sang presenter.
“Harga diriku ada pada ridha suamiku dan pada tentramnya hubungan kami.
Dan sejatinya antara suami‬ istri‬ sudah tak ada lagi yang namanya harga diri.
Harga diri apa lagi ?!!!
Padahal di hadapan suami Anda, Anda telah lepaskan semua pakaian Anda!”

Copas [Cuplikan dari statusnya Ustadz Fairuz Ahmad]
Like dan Share Semoga lebih banyak yang mendapatkan manfaat.
Terimakasih
Lazada Indonesia
toko buku islam
 
Support : Creating Website | Aldhiya Computer | Islam dan Wanita
Copyright © 2011. Islam dan Wanita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Aldhiya Computer
Proudly powered by Blogger