AKHLAQ KEPADA ALLAH
(Mualimin, S.Pd.I)
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.
Kewajiban seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat orang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban- kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama manusia.
Berangkat dari pembuatan makalah ini, kita akan mengajak teman- teman sekalian untuk sedikit banyak mengulas apa saja yang perlu kita ketahui dan pahami tentang bagaimana berakhlak kepada Allah dengan semestinya, yang mana setelahnya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam berakhlak kepada Allah. Amiin.
AKHLAK MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18, yang artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
Mentauhidkan Allah :
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4.[1]
Bertaqwa kepada Allah :
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-135.
Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang- orang yang bertaqwa, yaitu: 1). Beriman kepada yang ghoib, 2). Mendirikan sholat, 3). Menafkahkan sebagian rizki yang diterima dari Allah, 4). Beriman dengan kitab suci Al- Qur’an dan kitab- kitab sebelumnya dan 5). Beriman dengan hari akhir. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan iman ( no. 1,4 dan 5 ), Islam (no. 2 ), dan ihsan ( no. 3 ).
Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat diantara ciri- ciri orang yang bertaqwa, yakni: 1). Dermawan ( menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit), 2). Mampu menahan marah, 3). Pemaaf dan 4). Istighfar dan taubat dari kesalahan- kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek ihsan.
Buah dari taqwa
- Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al- anfal : 29)
- Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
- Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)
- Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- A’raf : 96)
- Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)
- Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar (Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5).[2]
Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.[3]
Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.
Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya : “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya”.
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
Tiga unsur keikhlasan:
- Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
- Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya
- Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
- Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :”Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan…”( HR. Baihaqi ).
Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya :”Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
KESIMPULAN
Dalam berakhlak kepada Allah, adalah suatu hal yang menjadi prioritas ketika kita telah berikrar menjadi seorang muslim yaitu tidak lain beragama Islam dan bertuhankan Allah SWT.
Ada beberapa cara untuk kita berakhlak kepada Allah SWT yang dari sini kita diharapkan bisa dan mampu menjadi seorang muslim sejati, antara lain :
1. Mentauhidkan Allah2. Bertaqwa kepada Allah
3. Beribadah kepada Allah
4. Taubat
5. Membaca Al- Qur’an
6. Ikhlas
7. Khauf dan Raja’
8. Tawakal.
Post a Comment
Silahkan komen atau saran dengan kebaikan budi serta keelokan bahasa, trimakasih.